Jika membahas sejarah kolonialisme, kaitannya tidak lepas dari bangsa barat. Baik dari Bangsa Belanda, Inggris, Portugis, mereka melakukan kolonialisme dengan tujuan awal yang beragam, dari berdagang, kekuasaan, serta penyebaran agama yang mereka yakini.
Kita sekarang akan membahas seputar kolonialisme dan imperialisme, baik pengertian, perbedaan serta dampak yang diberikan. Cermati dan simak artikel ini ya.
Pengertian
Kolonialisme sendiri berawal dari sebuah kata Colony, dan Colon merupakan asal dari kata Colony, Colon berasal dari bahasa latin dan difokuskan untuk pekebun, petani, pada suatu daerah yang baru. Merupakan sebuah kegiatan dari suatu negara yang sedang memperluas kekuasaan, sangat identik dengan eksploitasi sumber daya, tanah, kekayaan atau harta serta tidak lepas dari penjajahan.
Imperialisme asal kata ini dari bahasa latin, Imperium memiliki arti kekuasaan tertinggi (mengomandani, memerintah). Merupakan kegiatan perluasan negara yang menggunakan cara penaklukan wilayah lain.
Perbedaan Keduanya
Yang ditargetkan kolonialisme merupakan perdagangan, kendali yang diambil kolonialisme tidak terbatas satu atau dua bidang, tapi semua bidang. Dengan tujuan eksploitasi besar-besaran pada sumber daya yang ada, entah alam maupun manusia, hasilnya akan digunakan untuk berbagai kepentingan dari negara penakluk.
Target dari imperialisme adalah penduduknya (individu). Kendali yang diambil atau dikontrol imperialisme ada pada politik dan ekonominya, secara formal juga sebaliknya. Membuat sistem pemerintahan atau kerajaan, memperbanyak dan memperluas daerah kekuasaan merupakan tujuan imperialisme.
Persamaan Keduanya
Eksploitatif adalah persamaan utama dari kolonialisme dan imperialisme, keduanya mengeksploitasi wilayah atau negara yang mereka taklukkan.
Dominasi dari negara kolonialisme atau imperialisme yang menaklukan suatu wilayah (negara) akan mendominasi sumber daya yang dimiliki negara taklukan mereka atau penduduknya. Berbagai macam bidang mereka dominasi, contohnya politik, ekonomi.
Satu lagi persamaan lain dari keduanya memanfaatkan negara taklukan demi kepentingan dari negara penakluk. Ini yang menyebabkan negara yang ditaklukan akan semakin sengsara dan menderita, berbanding terbalik dengan negara penakluk yang akan semakin maju dan makmur.
Banyak dampak yang ditimbulkan dari kegiatan kolonialisme dan imperialisme dari mereka yang lebih maju. Dampak yang diberikan mencakup semua bidang yang ada, dari politik, pendidikan sampai sosial budaya. Bidang pendidikan juga termasuk bidang yang terkena dampak dari kolonialisme di Indonesia.
Diawali ketika era politik etis dimulai pada awal abad ke-20 disini era politik kolonialisme masuk babak baru. Gubernur dari Jenderal Hindia Belanda yang menjabat dari tahun 1909-1916 yaitu Alexander W.F, Idenburg memimpin era politik etis.
Politik etis memiliki peran dan pengaruh yang besar dalam perubahan tiap kebijakan politik dari Belanda pada negara yang mereka jajah. Program etis itu sendiri memiliki tiga program, yang pertama ada edukasi, kedua transmigrasi, dan irigasi yang diterapkan pada negara yang mereka jajah.
Setelah pengertian, perbedaan dan persamaan, sekarang kita akan membahas mengenai dampak kolonialisme dan imperialisme pada bidang pendidikan berikut!
Dampak Yang Diberikan
Dilaksanakannya era politik etis oleh pemerintah dari kolonial membuat munculnya sebuah kemajuan. Pendidikan yang awalnya hanya diperuntukkan hanya untuk orang Belanda, diberikan pada orang Indonesia, tetapi dengan syarat-syarat tertentu yang diberikan.
Surat yang dikirim R.A Kartini pada Ny. R.M. Abendanon yang merupakan sahabat beliau dari negeri Belanda tersebut menjadi dukungan pada kemajuan program pendidikan. Kaum etis saat itu menjadikan surat- surat beliau sebagai aspirasi menuju modernitas dari kemajuan semangat etis.
Saat politik etis resmi terbentuk, salah satu tandanya adalah dari perluasan pendidikan dengan gaya barat dan menghasilkan para tenaga kerja negara bahkan juga swasta.
Berikut dampak kolonialisme yang Indonesia terima pada bidang pendidikan, yaitu
1. Banyak Sekolah yang Mulai Tumbuh
Tumbuhnya sekolah di Nusantara menjadi salah satu efek dari datangnya politik etis, dan ini dilakukan oleh pemerintah kolonial. Sekolah tersebut diantaranya ELS (Europese Lagree School, Hoogere Burgelijk School, School tot Opleiding van Indische Artsen, OSVIA, Kweekschool dan terus berkembang hingga ada HIS (Hollands Inlandse School, dan MULO Meer Uitgebreid Lager Onderwijs. Kemudian sekolah tingkat menengah, AMS Algemene Middelbare School dan HBS.
2. Modernisasi Lebih Cepat
Sebutan Dokter Jawa ditujukan pada pemuda aktivis yang bersekolah di School tot Opleiding van Indische Artsen yang memiliki pusat di Jakarta. Beberapa tokoh dari pergerakan bangsa juga berasal dari STOVIA ini.
Walaupun semua kalangan masyarakat belum bisa menerima bangku pendidikan, setidaknya dengan adanya sekolah ini dapat membuat kesadaran pendidikan tumbuh. Dan kesadaran inilah yang membuat proses dari Modernisasi berjalan lebih cepat dan ada beberapa dari kaum terpelajar yang sudah membawa kesadaran dari nasionalisme.
3. Banyak Surat Kabar yang Muncul
Munculnya banyak surat kabar ini bukan tanpa alasan, adanya kaum yang terpelajar adalah alasannya.
R.M Tjokroadikoesoemo merupakan pengelola dari surat kabar Pewarta Priyayi dan ada lagi yang beredar dari beberapa daerah seperti: di Bandung ada Preanger Bode, Sumatra ada Deli Courant, Surakarta ada Bromartani, Sulawesi ada Makassarsche
Kesadaran kalangan terpelajar mengenai persamaan, persatuan, serta kemerdekaan terus menyebar, informasi yang terus berkembang ini akhirnya membuat perdialogan dari para kaum pelajar. Hasilnya adalah Sumpah Pemuda yang sampai hari kita peringati, sumpah pemuda terjadi pada tahun 1928 Oktober tanggal 28.
Diatas tadi merupakan dampak yang terjadi akibat kolonialisme dan imperialisme pada bidang pendidikan yang bisa menambah wawasan Anda, semoga bermanfaat.